Salib Post. Pelita adalah alat yang memberi terang bagi ruang yang gelap sehingga orang dapat melihat objek lain, dan dengan mudah orang dapat melakukan aktifitas di malam hari. Perumpamaan Yesus tentang pelita menunjuk dua aspek yakni 1. Para muridNya mendengarkan dan menerima ajaran Yesus tentang iman, cintakasih, persaudaraan, kebaikan, kebenaran, keadilan, jujur dan damai sejahtera. 2. Para murid yang telah mendengar dan menerima ajaranNya harus menjadi teladan iman, kebaikan, pemersatu, motivator, memelihara kesatuan dalam ikatan damai. Seluruh hidup dan aktifitas kita diterangi cahaya iman sehingga kita hidup sebagai anak-anak Allah yang membawa damai dan cahaya kepada yang lain. Dengan demikian iman itu bersinar dalam hidup kita. Iman harus kita nyatakan dan tidak tersembunyi bagi orang lain. Inilah yang dikehendaki oleh Yesus kepada kita yang beriman kepadaNya agar pelita itu tetap bernyala dan menyinari semua orang. Dengan memberi cahaya bagi orang lain tentu kita telah hidup menurut pola Kristus.
Selain iman Tuhan telah menanam kebaikan dalam diri kita, ini yang perlu kita sadari. Kebaikan bukanlah milik pribadi, tetapi juga hak orang untuk menerimanya. Hak ini tidak bisa ditunda untuk diberikan. Seperti kita dengarkan dalam bacaan pertama hari ini, ”Anakku, janganlah menahan kebaikan terhadap orang yang berhak menerimanya” (Ams. 3:27). Kebaikan bukan soal si pelaku saja sehingga si pelaku sesuka hati membagi kebaikan kepada orang lain. Tetapi, kebaikan itu adalah ”Hak orang” yang menerimanya di saat dia membutuhkannya. Kita terkadang hidup demi ego kita. Berbuat baik kepada sesama pun demi kepuasan ego kita. Kebenaran ini dikukuhkan dalam bacaan Injil, ”Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan.” Cahaya pelita itu bukan untuk dirinya sendiri. Tetapi, ia dinyalakan untuk memberi terang pada sekitarnya. Apa gunanya pelita dinyalakan kalau terangnya ditutup? Ini hanya menafikan keberadaan terang itu sendiri. Sebagai murid Kristus, kita adalah terang dunia. Kita hidup bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk dunia di sekitar kita. Di sanalah letak makna hidup kita sebagai pengikut Kristus.
Yesus berkata “taruhlah pelitamu pada tempatnya”. Pelita yang penuh berisi minyak hanya berarti bila dinyalakan. Syair yang indah dapat menjadi lagu jika dinyanyikan, kehadiran kita hanya mungkin berarti kalau siap melakukan apa yang menjadi tugas kita di sana, memberi nilai tambah bagi kebersamaan di mana kita ada. Kerajaan Allah hanya mungkin dirasakan kehadirannya bila kita bersedia membiarkan nilai-nilai Kerajaan yang satu ini hidup dan mempengaruhi hidup dan relasi kita dengan yang lain. Pelita berfungsi untuk menerangi seisi rumah. Dampak kehadiran pelita itu bersifat universal, ia menerangi seisi ruangan tanpa menciptakan pengkotakan dan tempat di mana ia diletakan menentukan luas jangkauan cahaya pelita itu. Mengusir kegelapan, ia rela menghanguskan dirinya, ia menerangi seluruh ruangan tanpa harus membakar ruangan itu.
Yesus berpesan melalui Injil hari ini supaya kita terbuka untuk membagikan kekayaan rohani kita pada orang lain. Kita diminta supaya menjadi pelita yang bernyala. Bila setiap orang menjadi pelita yang bernyala di mana mereka tinggal, maka akan banyak pelita-pelita yang bernyala untuk menerangi kegelapan. Demikianlah Gereja kita menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Kristus adalah Terang Sejati yang dinyalakan Allah bagi kita, kini terang Kristus itu dibagikanNya pada kita, betapa Ia ingin terang itu pun menyinari kegelapan dunia. Hati-hati jangan sampai Tuhan mengambil kembali apa yang sudah Ia tanamkan dalam diri kita. Rahmat dan berkat Kerajaan itu tidak pernah hanya untuk kita, tetapi harus kita bagikan dan wartakan. Jangan takut kehabisan isi jika berbagi! Tuhan selalu setia mengisi setiap pelitaNya yang bernyala dan rela membagikan cahayanya.
No comments:
Post a Comment