:
Old Cairo dan Bukit Mokattam merupakan dua wilayah di Kota Kairo yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Kedua wilayah ini cukup terkenal dengan warisan bernilai sejarah dan tradisi Kristen Koptik. Koptik secara spesifik memang mengacu kepada penganut Kristen di Mesir dan penganut Koptik ini adalah penganut Kristen yang terbesar di wilayah Timur Tengah walaupun di Mesir sendiri merupakan golongan minoritas dengan perkiraan sekitar 10% dari penduduk Mesir yang menganut ajaran ini.
Di wilayah Old Cairo ada beberapa situs berupa bangunan bersejarah salah satunya yang sangat terkenal adalah Gereja Gantung (The Hanging Church) atau dalam bahasa Arab disebut al-Muallaqah. Gereja Gantung merupakan gereja Kristen Koptik yang didirikan di atas tiang-tiang bangunan benteng Romawi di Old Cairo. Gereja ini diperkirakan didirikan pada abad ke-7. Gereja kecil tapi indah ini hampir setiap bagian bangunan dan isinya adalah peninggalan abad silam yang masih dipelihara dengan baik hingga saat ini. Gereja ini resminya bernama Gereja Santa Perawan Maria.
Menyusuri jalan berupa lorong-lorong di wilayah Old Cairo ini memang mengingatkan akan lorong di pasar-pasar tradisional di Indonesia, walaupun tentu saja tidak ada jalan becek tergenang air atau bau sampah pasar. Ada juga satu-satunya peninggalan kaum Yahudi di Old Cairo yang masih dipelihara dengan baik bangunannya, yaitu Sinagoga Ben Ezra, tapi memang tidak ada aktivitas apa pun di bangunan tersebut, kosong, dan hanya dikunjungi oleh wisatawan yang tertarik dengan keindahan bangunan kuno, jadi tidak seperti halnya beberapa bangunan gereja yang bersejarah di Old Cairo yang masih digunakan untuk aktivitas ibadah hingga saat ini.
Sangat kontras dengan wilayah Old Cairo yang lumayan tertata, tidak demikian dengan wilayah lain yang sempat kami kunjungi, yaitu Bukit Mokattam. Bukit Mokattam sangat terkenal di Mesir dan memiliki kisah unik tersendiri yang mendapat tempat di hati umat Kristen Koptik Mesir. Kisah ini jugalah yang menceritakan asal-usul Gereja Sampah di Bukit Mokattam. Mengapa mendapat julukan Gereja Sampah? Sebenarnya begini, untuk mencapai gereja yang terletak di atas bukit itu, pengunjung memang terpaksa melalui perkampungan Zabaleen. Zabaleen atau garbage people atau pemulung atau pengumpul sampah memang adalah orang-orang yang tinggal di perkampungan sampah di wilayah Bukit Mokattam.
Tahun 2011 tercatat sekitar 60 ribu penganut Kristen Koptik hidup di perkampungan ini mencari nafkah sebagai pengumpul sampah. Nah, jadi sudah dapat dibayangkan bagaimana kira-kira aroma jalan yang dilalui untuk menuju bangunan gereja di atas bukit. Jalan perkampungan yang kecil, menanjak dan berdebu ditambah lagi keramaian penduduk cukup membutuhkan keahlian dan kesabaran tersendiri dalam mengemudikan kendaraan.
Jadi apa memang namanya Gereja Sampah? Nah, nama resminya sebenarnya Gereja Santa Perawan Maria dan St. Simon the Tanner. Nama tersebut adalah nama bangunan utamanya selain ada beberapa bangunan lagi di sekitar bangunan utama, yaitu Gereja St. Bola, Gereja St. Markus, dan Aula Simon the Tanner. Uniknya bangunan-bangunan gereja tersebut memang berada di gua yang terdapat di Bukit Mokattam. St. Simon the Tanner (St. Sama’an dalam bahasa Arab) sendiri adalah tokoh utama yang diabadikan untuk bangunan bersejarah di wilayah ini. Gereja Sampah dengan kapasitas yang dapat menampung sekitar 20 ribu orang dan dengan aulanya yang dapat menampung sekitar dua ribu orang diklaim sebagai gereja dengan daya tampung terbesar di Timur Tengah.
Old Cairo dan Bukit Mokattam, nah inilah dua sisi lain Mesir saat ini, Mesir yang memiliki sejarah peradaban sangat panjang.
No comments:
Post a Comment