Gal 4:31b-5:6, Luk 11:37-41
Salib Post. Yang terjadi di antara orang-orang Farisi yang menjamu Yesus. Mereka mencela tindakan Yesus yang sebelum makan tidak mencuci tanganNya lebih dahulu seperti yang biasa mereka lakukan dan tentukan dalam hukum adat-istiadat mereka. Namun mereka tak berani berkata langsung kepada Yesus. Mereka hanya melihat dengan pandangan heran dan dalam hati mencela tindakan Yesus itu.
Yesus tahu arti pandangan itu, dan Yesus tahu apa yang ada dalam hati pikiran mereka. Kemudian Yesus mengecam mereka. Orang-orang Farisi dikatakan oleh Yesus sebagai orang-orang yang hanya memperhatikan penampilan luar saja. Padahal bagian dalam hati mereka penuh dengan rampasan dan kejahatan, “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalamnya penuh rampasan dan kejahatan.” Dalam ungkapan masa kini ungkapan Yesus itu senada dengan ini: penampilan luarnya saja yang wah, tapi hatinya bobrok. Untuk apa mementingkan penampilan luar tanpa ada upaya membersihkan penampilan dari dalam.
Dengan pernyataan itu Yesus mengajak orang-orang Farisi dan kita sekalian untuk menempatkan secara tepat iman di atas hukum dan adat-istiadat. Kabar Gembira Allah hendaknya memihak pada kebenaran ilahi yang menjadi kekuatan dan sumber keselamatan manusia. Karena orang benar akan hidup oleh iman, bukan oleh ketaatan-ketaatan pada aturan hukum dan adat-istiadat. Hukum dan adat-istiadat duniawi janganlah dijadikan batu sandungan bagi sesama. Yang paling inti adalah iman yang terungkap dalam cinta kasih. Karya kita harus berasal dari iman dan berdasarkan iman yang berbuah dalam cinta kasih yang mendatangkan kebaikan bagi sesama.
Baik Yesus maupun Paulus dalam bacaan-bacaan hari ini memperhatikan bahaya yang mengancam keutuhan iman umat, yakni kecenderungan untuk hanya memperhatikan bungkusan luar ajaran iman. Yang diperhatikan ialah ketataan kepada hukum, seperti kebiasaan mencuci tangan, membersihkan piring, hukum sunat, dan sebagainya. Padahal yang dituntut Tuhan adalah kebaikan dan belas kasih kepada sesama. Bagi Paulus, iman yang bekerja oleh kasih jauh lebih penting daripada ketaatan pada hukum sunat. Menepati hukum secara lahiriah itu tidak berdaya apa-apa. Yesus dan Paulus menunjukkan apa yang terpenting dan utama dari semua itu. Hukum harus dilandasi iman dan cinta kasih untuk sungguh-sungguh menyucikan manusia seutuhanya, bukan saja bagian luarnya segalanya harus keluar dari hati dan batin yang murni.
Sebisa mungkin kehidupan manusia mencerminkan kebaikan bagi sesamanya yang bisa di lihat melalui tindakannya sehingga memberikan pula gambaran yang baik kepada penilaian akan diri manusia itu sendiri.
Yesus menghargai ketulusan dari dalam. Penampilan luar tidaklah menentukan kebaikan seseorang. Kalau yang di dalam bersih, pastilah yang di luar pun bersih. Sebaliknya belum tentu yang dari luar kelihatan bersih, demikian keadaannya di dalam. Jauh lebih penting yang di dalam daripada yang tampak oleh mata. Maka kita perlu menata diri sebaik mungkin dari dalam dan membuahkannya keluar dalam tindakan kebajikan iman. Bagi Tuhan ukuran yang paling penting adalah kesetiaan pada kasih sebagai hukum utama. Mari kita berupaya menyandarkan diri pada karunia Tuhan dan memperhatikan sesama yang membutuhkan.
No comments:
Post a Comment