Pkh 1:2-11, Luk 9:7-9
Salib Post. Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.(Pkh 1;8)
Herodes merasa cemas lalu Ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.(Lukas 9;.).
Ada juga yang merasa Ketenaran dan karya baik seseorang menjadi ancaman bagi kekuasaan dan lingkaran sosial yang melingkunginya. Ini yang terjadi pada diri raja Herodes. Ia memang mendengar banyak tentang Yesus, tentang semua kebesaran yang ada padaNya dan tentu saja ia pun tahu tentang siapa saja yang melingkungi Yesus, yang tidak lain adalah orang-orang yang tak diperhitungkan olehnya. Karena itulah tak ada tanggapan yang muncul darinya.
Dari Herodes tak lahir sama sekali suatu sikap iman yang mengakui bahwa dalam diri Yesus, Allah sesungguhnya tengah berkarya untuk kebaikan seluruh bangsa. Jadi ia tak mampu memahami dan bersikap atas panggilan Allah yang terjadi dalam karya dan hidup Yesus.
Tapi sikap seperti ini pun sesungguhnya masih selalu kita hidupi sendiri pada masa ini, seperti kata Pengkhotbah dalam bacaan pertama bahwa: “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.“ (Pkh 1:9) maka persis seperti sikap Herodes kala itu demikianlah banyak diantara kita bersikap saat ini, tatkala berhadapan dengan ajaran dan perbuatan Yesus, kita lebih suka menggalinya secara ilmiah, menjadi bahan penelitian atau pergunjingan semata. Tatkala sebutan akan nama Yesus atau nama Tuhan menjadi begitu biasa terdengar keluar dari mulut kita tanpa sikap hormat dan tindakan pantas yang menyertainya.
Ada aneka bentuk dan sifat perjumpaan, misalnya: rekoleksi, berdoa, ekaristi dll. Namun alasan atau motivasi bisa juga semu atau palsu atau manipulatif; misalnya menghadiri acara rekoleksi, bukannya untuk mendalami iman tetapi punya suatu "agenda tersembunyi," menemui kekasih misalnya, menghadiri perayaan Ekaristi namun ternyata hanya sekadar menjalankan rutinitas, tanpa penghayatan yang lebih, mungkin sekadar demi mengisi waktu luang, bertemu teman dlsb. Apakah sebenarnya motivasi kita mengenal dan menjumpai Yesus di Gereja? Apakah sejujurnya ingin mengenal dan mengikuti Yesus, atau karena di Gereja Romonya ngetop dan ganteng ! atau disitu ada Suster yang cakep !, atau tempat menjumpai pacar lama !. atau untuk cari pacar baru !, atau dapat bertemu dengan selingkuhan !, atau dirumah tidak betah karena istrinya cerewet atau suaminya yang galak !, atau suasana dirumah membosankan !, atau karena mertua yang bawel !, atau karena anak yang menjengkelkan !, atau karena sikap ortu yang acuh tak acuh !, atau karena tetangga yang suka usil !, atau atau atau yang lain?
Kita manusia bisa saja menutupi segala sesuatu di hadapan sesama, tetapi Tuhan tak dapat kita bohongi. Hidup, hati, pikiran kita terpampang secara jelas dan terbaca olehNya, Tuhan mengenal setiap kita yang mengikutiNya, Tuhan tahu apa motivasi kita sesungguhnya. Yesus pernah menegur orang-orang yang mencari Dia namun dengan motivasi yang salah: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu...“ (Yoh 6:26-27). Orang-orang ini mencari Yesus karena mereka telah makan roti dan kenyang setelah Yesus mempergandakan 5 roti untuk 5000 orang. Namun mereka tak menangkap inti pengajaran dan mujizat yang telah dilakukan Yesus itu. Yaitu supaya mereka percaya dan beriman dengan sungguh kepadaNya. Tuhan tahu akan hal itu, maka Tuhan memperingatkan mereka agar mencari yang utama yaitu Yesus sendiri, bukan sekadar tanda atau mujizatNya.
Kita perlu kembali bertanya pada diri kita, bagaimana reaksi seharusnya yang kita tunjukkan ketika berhadapan dengan hidup, sabda dan ajaran Yesus? Kita perlu mengambil sikap yang tepat dan memiliki iman yang benar ketika kita mencari wajah Tuhan baik di Gereja maupun dalam kehidupan yang dijalani. Jika kita bersikap seperti Herodes yang hanya ingin memuaskan keinginan matanya untuk bertemu Yesus tanpa kesungguhan hati untuk percaya atau seperti banyak orang yang mencari Yesus namun dengan motivasi yang salah itu, maka jadilah seperti apa yang dikatakan Pengkhotbah dalam bacaan pertama hari ini: “Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah.“ Sejauh kita tidak mengarahkan hati secara jujur kepada Tuhan dalam setiap kegiatan kita, maka segala yang terjadi di bumi hanya berubah dan berputar dalam kunkungan hukum alam. Dari zaman dulu hingga kapan pun, sebenarnya tidak ada yang baru di muka bumi ini. Satu-satunya yang bisa membarui bumi ini adalah kejujuran dan ketulusan hati kita dalam mencari dan menjumpai Tuhan. Carilah wajahNya maka setiap pekerjaan kita akan berubah menjadi baru. Tuhan tak bisa kita suap dan bohongi. Tuhan adalah Raja Kebenaran yang sungguh dapat dihampiri oleh hati yang tulus dan penuh kasih.
No comments:
Post a Comment